Total Tayangan Halaman

Selasa, 09 Desember 2014

puisi nyanyian kesepian calon pengantin

Patah Hati
Seolah-olah lalu beringsut memungut serpihan perkiraan
Menina bobokan kata halus dalam sebuah kalimat
Sungkan atau masih dengan kecerobohan
Sudut-sudut kota Jogjakarta yang penuh makna
Menguraikan separuh kenangan demi kenangan
Patah hati….
Bukan karena ditolak wanita atau lelaki
Tetapi ringkasan kalimat yang mengurai indah
Rindu pada senyum-senyum penjijing bakul
Pada setangkai mawar dipinggir jalan
Warnanya merindukan mata sang pecinta bahagia
Patah hati…..
Sebagian dari kenangan ada yang terlupa dikota bersejarah
Tapi tetap mengukir asa-asa senda para pelakon seni
Gamelan, angklung, dan suara nyanyian penyair
Bila bergema dan bersua itulah keindahan tak bertepi
Kisah kita tetap menjadi asri.







Urat Besi
Ketar ketir ketara
Keras mengeras dan hanya diam tanpa nafas
Tak bisa diapakan dengan apapun
Kecuali sebuah gambaran peluru-peluru using
Menikam pedas ulu jiwa
Tergila-gila pada kesaksian malam
Para rerama mengurai percintaan dengan desah
Bergumul antara panas dan pedas kata
Rak-rak jangkrik memcah sunyinya hutan
Urat besi…
Mana aku tahu disitu kau memadu kasih
Berpayung awan hitam tanpa rembulan
Mengebalkan diri guru gaharu mewangi
Pasir-pasir pantai bagai beludru
Halus dan amat menyentuh diri
Kain-kain polos melambai
Diam lalu pura-pura lupa
Biarkan saja hidup ini memang sadis
Jika tak jadi urat besi aku atau kau terbuang dalam patahan.





Gurindam Alam
Aku ingin bernafas bebas, lalu pergi tanpa dirimu
Yang datang dari masa lalu dan berniat menculik bahagiaku
Sudahlah masa galauku akan berakhir
Buang jauh-jauh impian merusak masa depan orang
Angin bernyanyi merdu
Daun bergesek mesra
Pepohonan berbisik-bisik manja
Gelombang menghapus setiap kata menyakitkan tentangmu
Kini pergantian rotasi hati
Dengan penetapan kepastian sang mimpi
Gurindam alam
Batu dan pasir pantai adalah sejoli
Selumbung beras dalam guci adalah sejoli
Kaki telanjang dan tanah basah adalah sejoli
Tapi bukan pasangan dalam pacaran
Mengernyitkan dahi yang keriput
Masa lajang terjawab dalam waktu.
Lalu menyusun puzzle-puzzle masa depan dengan sempurna
Merajut asa dalam naungan semesta.





Tahajud Rindu
Hujan baru saja reda
Ketika mata ini makin enggan terpenjam
Apakah kau mendengar bisik rinduku Yaa Rabb
Dalam pekan dan pikir panjang
Hingga nyenyakku sejenak saja berlalu
Aku hilang dalam sujud
Aku hilang dalam renungan
Aku hilang dalam kerjapan
Hingar binger yang kelak kurasakan akan terasa kurang
Tahajud rindu
Tentang potongan kalimat indah dalam serangkaian doa’
Tentang irama dalam lantunan ayat sucinya
Ku sambut genggaman demi genggaman
Sebuah kekuatan diri untuk menyemangati
Kurindukan mereka Tuhan
Untuk menyambut bahagiaku ini bersama
Meski mungkin bukan siapa-siapa
Tapi lebih berarti dari apapun juga
Cinta ini mengubah segalanya.





Sepi Seorang Diri
Pernah terjawab dalam satu masa
Ketika angin menghembus dibawah ketiak
Samar-samar dingin dalam jiwa
Ketenanganku hampir menjadi mimpi tanpa kata
Imbuh …. Kalimat yang terhenti saat aku kecewa
Sudahlah , sudahkah dan sudahi
Tiada dan kuharap tanpa kebencian
Lautan melepas segala perihku
Ombak mengikis dendamku
Kuhampiri wajah-wajah yang kehilangan arah
Aku pergi kesini seorang diri
Mencari damai disetiap mimpi
Mentari tak nampak hari ini
Hanya sedikit sinar-sinar tak bersahabat
Mendung saja..
Lalu ku gores nyawa-nyawa baru
Menghapus galauku tanpa irama

Kita saling diam melenyapkan amarah.