Poster Film Hijabers in Love
Poster Film Hijabers in Love (sumber: Istimewa)
Jakarta - Hari ini mempunyai makna besar bagi para pemakai Hijab (jilbab) di seluruh dunia. Pasalnya tepat 12 tahun yang lalu, Pemerintah Prancis melarang penggunaan hijab bagi warganya.
Namun dua tahun setelahnya, sebuah konfrensi di London, Inggris yang dihdiri oleh sejumlah pemikir Islam melahirkan 3 keputusan penting mengenai pembelaan hak kaum muslimah dalam mempertahankan busana taqwa mereka, menetapkan dukungan terhadap penggunaan hijab, serta menetapkan tanggal 4 September sebagai International Hijab Solidarity Day.
Dan bertepatan dengan hari itu, sejumlah pekerja seni yang berkelamin laki - laki menggagas sebuah film yang memberikan pesan positif tentang mudahnya menggunakan hijab di Indonesia dengan mempersembahkan film berjudul 'Hijabers in Love' untuk memperingatinya.
Hal itu diungkapkan Ichwan Persada selaku produser sekaligus penulis cerita film 'Hijabers in Love' saat menggelar jumpa pers di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (4/9).
“Ketika melakukan riset untuk film Hijabers in Love, secara tak sengaja saya membaca sejumlah artikel tentang bagaimana hijabers di beberapa belahan dunia yang mendapat perlakuan tak menyenangkan atas pilihan yang mereka yakini. Meski film yang kami produksi ini bergenre remaja dan dikemas dengan cara populer, namun kami tetap berusaha menyisipkan pesan tentang menghormati pilihan atas keyakinan yang di ambil seseorang, “ ungkap Ichwan.
Ditambahkan Firman Basso sebagai produser Eksekutif film tersebut, penayangan film 'Hijabers in Love' yang serentak di tayangkan di seluruh bioskop tanah air mulai hari ini adalah sebuah kejutan sekaligus hadiah bagi para para pemakai hijab di tanah air yang sedang merayakan hari solidaritas hijab sedunia.
"“Kami secara sadar memilih 4 September sebagai tanggal rilis karena ingin menggunakan momentum ini dengan memberi semangat kepada para hijabers di Indonesia dan di seluruh dunia. Film adalah media paling berpengaruh, dan inilah upaya kecil yang kami persembahkan untuk Indonesia," terangnya.
Dijelaskan pula oleh Firman dalam proses produksi film ini, dirinya juga melibatkan sejumlah hijabers diantaranya Oka Aurora dan Jenahara agar para pemakai Hijab di Indonesia juga merasakan betul pemakaian hijab tidak akan pernah melunturkan semangat seseorang untuk berkarya dan menghasilkan sebuah karya seni.
"Kami berusaha melibatkan para hijabers dalam proses produksinya agar masyarakat dan para hijabers paham bahwa meski menggunakan hijab mereka tidak akan pernah terkungkung untuk bisa berkarya. Malahan dengan memakai Hijab, masyarakat paham bahwa pengertian taqwa tidak hanya bersumber dari perilaku tapi juga busananya. Dan semoga film ini dapat menjadi kado yang spesial bagi para hijabers untuk lebih bisa berkarya dan menghasilkan karya dikemudian hari," tutup Firman.
Penulis: Chairul Fikri/FQ